Penyelenggara menghadirkan berbagai pembicara ahli dan peserta dari dalam dan luar negeri untuk mendiskusikan tema penting “Integrated Physiology for Global Health Resilience.”
Simposium secara resmi dibuka Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng., yang menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan narasumber yang berpartisipasi. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dalam menangani tantangan kesehatan global.
Prof. Lusi dalam sambutannya menyampaikan, tema simposium ini sangat relevan dengan perkembangan kesehatan global saat ini. Diperlukan kesadaran dan kerja sama dari berbagai pihak, baik akademisi, tenaga kesehatan, maupun masyarakat luas untuk membangun ketahanan kesehatan yang terintegrasi.
Rektor juga menyoroti peran penting fisiologi dalam pemahaman dan penanganan berbagai penyakit, termasuk penyakit autoimun, serta pentingnya dukungan seperti keluarga dan komunitas dalam proses pemulihan pasien.
Pembukaan simposium ini turut dihadiri berbagai tokoh penting, di antaranya Direktur dan Wakil Direktur RSUDAM, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FK Unila, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Ilmu Faal Indonesia (IAIFI) Dr. Ermita I. Ibrahim Ilyas, M.S., AIFO, ketua pelaksana, serta para dosen.
Simposium yang berlangsung dua hari ini menghadirkan pembicara dari berbagai bidang. Mereka yakni Prof. Cheng Hwee Ming, menyampaikan materi berjudul “Autonomous Integrated Resilient Muscle Physiology,” dan Prof. Dr. Ifrannudin, Sp.KO., M.Pd.Ked., membahas tentang “Peran Penelitian dan Inovasi untuk Pengembangan Fisiologi di Masa Depan.”
Sesi lainnya diisi Prof. Dr. Kumala Dewi, M.Sc., St., yang membawakan tema “Fisiologi Tanaman untuk Ketahanan Kesehatan Global”. Hari berikutnya, sesi simposium akan diisi pembicara ternama lainnya, Dr. Fabian Chin Leong Lim dan Prof. Shizue Masuki, Ph.D., yang akan membahas isu-isu terkait kesehatan lansia serta efek sinergis antara olah raga dan nutrisi.
Simposium ini diharapkan dapat memperkaya wawasan para peserta dalam bidang fisiologi dan meningkatkan kolaborasi antara ilmuwan serta praktisi kesehatan untuk menciptakan ketahanan kesehatan global yang lebih baik. [red]