METRO -(deklarasinews.com)- Walikota Metro, Wahdi Siradjuddin menjadi Narasumber pada Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) yang ke-14 yang berlangsung di Harris Hotel dan Convention Solo, Jalan Slamet Riyadi St No. 464, Purwosari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Dalam kesempatan tersebut, Wahdi menjadi pembicara pada materi JAMA-PAI (Jaringan Masyarakat Peduli Ibu dan Anak) yang berlangsung secara Hybrid.

Diketahui Munas HOGSI 14 itu mengusung Tema “Kolaborasi Nasional untuk Meningkatkan Pelayanan Maternal-Neonatal pada Masa & Pasca Pandemi COVID-19 dalam Upaya Percepatan Penurunan Kematian Maternal-Neotal”.

Saat menyampaikan materi Wahdi menyampaikan, JAMA-PAI tersebut merupakan program yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap ibu dan anak, dimulai dari anak lahir dan pencegahan stunting.

“Kemudian masuk remaja memberikan pelayanan kesehatan termasuk HIV dan merokok. Artinya di satu Puskesmas kalau dijalankan semua, sudah selesai. Ini termasuk mencegah penyakit tidak menular (PTM),” terangnya.

Kemudian, dalam JAMA-PAI dilakukan pengawasan dimulai dari pra-konsepsi. Lantaran, pada fase tersebut dianggap fase penting dalam tumbuh kembang anak di masa mendatang.

“Ketika kita memelihara kehamilan dan persalinannya baik, maka tidak ada lagi. Motoriknya hanya terganggu, tapi tidak dengan anaknya,” katanya.

Dikatakannya, JAMA-PAI itu perlu sebagaimana itu diperuntukkan dalam pembentukan Sumberdaya Manusia (SDM)-nya, yang di Metro disebut Gemerlang (Generasi Emas Metro Cemerlang), sesuai dengan target Indonesia Emas 2045.

“Karna Jama-Pai itu sudah menyelesaikan 7 pilar itu diantaranya kita sudah menyelesaikan masalah kesehatan, sosial, kesejahteraan,” ucapnya.

“Mereka yang ingin menikah itu sudah harus ada saksi dari kita, dan juga perhatian dari masyarakat. 3 bulan itu sudah kita cek persyaratannya (discreaning), apabila ada masalah keluarganya dengan diabetes dan lain sebagainya, cek dulu keluarganya. jadi kita membentuk manusia itu bukan saat kondisi si ibu dan si bapak ini sakit,” sambungnya.

Dikatakannya, untuk angka pernikahan di bawah umur di Kota Metro merupakan terendah di Lampung yaitu sebesar 14,7%.

“Ada kematian pada proses melahirkan itu terjadi pada mereka yang belum waktunya, kita menyebutnya 4T (terlalu muda, terlalu tua dan terlalu rapat). Dan itu yg akan kita berikan himbauan kepada anak-anak remaja kita itu melalui pengetahuan kesehatan reproduksinya,” pungkasnya. (Mahdi)

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.