Kegiatan dilatarbelakangi adanya ancaman kepunahan bahasa daerah di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Bahasa Lampung sebagai bahasa daerah menjadi salah satu bahasa yang terancam punah. Hal ini terjadi karena semakin menurunnya jumlah penutur asli bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, setengah dari total bahasa daerah di Indonesia akan mengalami kepunahan di akhir abad ke-21. Saat ini Indonesia memiliki sekitar 742 bahasa, diperkirakan sebanyak 441 bahasa daerah akan mengalami kepunahan.
Melihat keprihatinan tersebut, UKMBS bersama Rumah Kebudayaan KoBER turut berpartisipasi merevitalisasi bahasa daerah dengan mengadakan pameran puisi berbahasa Lampung.
Pembukaan pameran dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Anna Gustina Zainal, S.Sos., M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Kebudayaan Lampung Dr. Farida Ariyani, M.Pd., Ketua Rumah Kebudayaan KoBER, Alexander Gebe, serta tamu undangan lainnya.
Dr. Anna dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada panitia yang telah menyelenggarakan pameran di kompleks Unila.
“Saya mewakili Rektor, mengucapkan terima kasih karena pameran ini dilaksanakan di kompleks Unila. Semoga kegiatan ini mampu mendorong mahasiswa untuk ikut melestarikan bahasa Lampung,” ungkap Dr. Anna
Ia juga menyampaikan pandangannya mengenai ancaman punahnya bahasa Lampung. Menurutnya, ancaman ini muncul karena orang yang tinggal di Lampung tidak memiliki kepercayaan diri untuk menuturkan bahasa Lampung.
“Kepercayaan diri untuk menuturkan bahasa Lampung itu diperlukan agar bahasa Lampung terus lestari. Jangan pernah berpikir kita akan menjadi norak apabila kita menuturkan bahasa Lampung,” pungkasnya.
Selanjutnya, Alexander Gebe, selaku ketua Rumah Kebudayaan Kober, menyampaikan, seruan revitalisasi bahasa daerah bukan sekadar ajakan, melainkan setengah kewajiban seluruh mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda bangsa Indonesia.
Pengunjung di pameran ini akan disuguhkan 61 puisi dalam bahasa Lampung karya seniman dan penyair puisi nasional, seperti Chairil Anwar dan W.S. Rendra. Berbagai karya indah dari penyair-penyair Indonesia dipilih dan diterjemahkan secara langsung oleh penutur asli bahasa Lampung.
Karya puisi yang dipamerkan tidak hanya hasil terjemahan, tetapi juga karya aslinya. Hal ini memudahkan mahasiswa yang belum terbiasa dengan bahasa Lampung untuk dapat memaknai puisi yang ditampilkan, sekaligus mempelajarinya bahasa Lampung secara langsung.
Pembukaan berlangsung dengan meriah. Setelah pemotongan pita, para pengunjung beserta tamu undangan diarahkan ke tangga dan area lantai dua Graha Kemahasiswaan Unila, untuk mengamati koleksi puisi yang dipamerkan.
Melalui sastra, kegiatan ini diharapkan dapat memacu generasi muda untuk lebih peduli terhadap kelestarian bahasa Lampung sebagai bagian dari identitas Provinsi Lampung. [red]